Halaman

Rabu, 02 Juni 2010

Qum 477 tgl 27 Shafar 1431 H/ 12 Februari 2010 M

MENCARI JALAN SELAMAT


Beberapa waktu yang lalu dua orang tokoh PERSIS bertengkar. Pertengkaran terjadi gara-gara perbedaan menyikapi sebuah Hadis. Hadis yang dimaksud adalah:


عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ. رواه الامام مالك في الموطأ


Artinya: “Telah aku tinggalkan di tengah-tengah kamu dua perkara yang jika kamu berpegang kepada keduanya niscaya tidak akan tersesat selamanya; Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya” (HR Malik)


Menurut ketua umum PERSIS Siddik Amin, Hadis tersebut jelas menegaskan bahwa pegangan ummat Islam itu hanya dua Al Qur’an dan Sunnah. Tetapi Amin Jamaluddin dari Jakarta ada ketentuan tambahan yaitu bahwa pemahaman Al Qur’an dan Sunnah itu harus sesuai dengan Ulama Salaf. Bagi Siddik Amin persyaratan ini dipandang sebagai intervensi terhadap “kemerdekaan” Al Qur’an dan Sunnah alias mengada-ada yang tidak ditetapkan Rasulullah SAW. Sementara bagi Amin Jamaludin dan Abdul Hakim bin Amir Abdat keharusan berpegang kepada pemahaman Salaf itu karena mereka dianggap sebagai pemegang “otoritas” penafsirannya. Persoalan ini belum diselesaikan hingga Ketua umum PERSIS itu berpulang ke rahmatullah. (Bagi yang ingin mengetahui lebih detil masalah ini lihat majalah-majalah PERSIS dan buku tulisan Abdul hakim bin Amir Abdat berjudul Al Masa’il pada volume 8).


Menurut analisa kami pertengkaran itu terjadi karena kurang luasnya analisa terhadap masalah yang dibicarakan. Mereka mengambil satu Hadis tetapi mengabaikan yang lainnya. Sepengetahuan kami ada beberapa penjelasan Rasulullah SAW yang memberikan jaminan keselamatan bagi Ummatnya selain dengan berpegang kepada Al Qur’an dan As Sunnah atau Hadis. Artinya, barangsiapa menempuh jalan melalui salah satu dari yang beliau pesankan, niscaya akan mendapatkan keselamatan. Pesan-pesan beliau – selain dalam Hadis di atas -- itu antara lain:


Mengikuti Ahlul Bait.


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّتِهِ يَوْمَ عَرَفَةَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ يَخْطُبُ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي. رواه الترمذي


Artinya: Jabir bin Abdillah berkata: Aku melihat Rasulullah SAW pada saat menunaikan ibadah Haji – ketika beliau berada di atas untanya yang bernama Al Qashwa – berkhutbah. Aku mendengar ketika itu beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah tinggalkan di tengah-tengah kamu (dua hal) yang jika kamu berpegang teguh kepada keduanya niscaya tidak akan tersesat selamanya, yaitu Kitabullah dan keluargaku” (HR At Tirmidzi).


Mengikuti Abu Bakar dan Umar.


عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ. رواه احمد و الترمذي


Artinya: “Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan dua orang sesudah aku yaitu Abu Bakar dan Umar” (HR Ahmad dan At Tirmidzi).


Mengikuti kebijakan Khualafa Rasyidin.


عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ


Artinya: Pada suatu hari Rasulullah SAW memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang sangat mendalam hingga menyebabkan air mata berlinang dan hati bergetar. Lalu seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah, sepertinya ini adalah nasehat perpisahan, lalu apakah yang engkau pesankan kepada kami wahai Rasulullah ?” Rasulullah SAW bersabda: “Aku wasiatkan kepadamu agar bertaqwa kepada Allah, mendengarkan dan menta’ati pemimpinnya sekalipun ia seorang hamba sahaya bangsa Habasyah. Karena sesungguhnya siapa yang hidup sepeninggalku akan menyaksikan banyak pertentangan. Oleh karena itu hindarilah perkara-perkara yang diada-adakan karena yang demikian itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang mendapatkan hal tersebut, hendaklah ia berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafa Rasyidin yang mendapat petunjuk gigitlah ia dengan gigi gerahammu” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi).


Mengikuti salah seorang sahabat Rasulullah SAW.


سعيد بن المسيب - رحمه الله - : أن عمرَ بنَ الخطاب قال : سمعتُ رسولَ الله -صلى الله عليه وسلم- يقول : « سألتُ رَبِّي عن اختلافِ أصحابي من بَعدي؟ فأوحى إِليَّ : يا محمدُ ، إِنَّ أصحابَكَ عندي بمنزلة النجوم في السماء، بعضُها أقوى من بعض ، ولكلّ نُور، فمن أخذ بشيء مما هم عليه من اختلافهم فهو عندي على هُدى ». اخرجه الديلمي


Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Aku bertanya kepada Tuhanku tentang perselisihan para sahabatku setelahku nanti, maka Allah mewahyukan kepadaku: “Hai Muhammad, sesungguhnya para sahabatmu itu di sisi-Ku bagaikan bintang-bintang di langit sebagian mereka lebih kuat (terang) dari yang lainnya akan tetapi semuanya memiliki cahaya. Oleh karena itu barangsiapa yang mengambil menempuh salah satu jalan yang mereka perselisihkan itu, maka di sisi-Ku ia berada dalam petunjuk” . (HR Ad Dailami. Hadis ini dinyatakan Maudhu’ oleh Al Muhaddits Al Ghumari).


Hadis ini kami kemukakan – meskipun maudhu’ – karena sejalan dan mempermudah pemahaman terhadap firman Allah:


وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (التوبة:100)


Artinya: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (At Taubah:100).


Mengikuti para Ulama (Mujtahid)


مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَالأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِى الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. رواه ابو داود والترمذي وابن ماجة)


Artinya: “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga. Sesungguhnya para Malaikat menghamparkan sayapnya bagi pencari ilmu karena rela kepadanya, dan sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu dimohonkan ampun oleh yang dilangit dan di bumi sampai ikan-ikan di air. Dan sesungguhnya kelebihan orang alim dibandingkan seorang ahli ibadah itu bagaikan kelebihan bulan purnama dibandingkan bintang-bintang. Sesungguhnya para Ulama adalah para ahli waris Nabi-nabi dan sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar maupun dirham tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya berarti telah mengambil keuntungan yang besar” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah).


Yang dimaksud dengan Ulama tentu saja Ulama yang oleh kaum Muslimin dinyatakan sebagai Mujtahid, bukan setiap orang yang dinyatakan Ulama oleh sebuah kelompok apalagi kelompok kecil. Dalam sebuah Hadis diceritakan:


عَنْ أُنَاسٍ مِنْ أَهْلِ حِمْصَ مِنْ أَصْحَابِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَبْعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ « كَيْفَ تَقْضِى إِذَا عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ ». قَالَ أَقْضِى بِكِتَابِ اللَّهِ. قَالَ « فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِى كِتَابِ اللَّهِ ».قَالَ فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. قَالَ « فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلاَ فِى كِتَابِ اللَّهِ ». قَالَ أَجْتَهِدُ رَأْيِى وَلاَ آلُو. فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَدْرَهُ وَقَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللَّهِ لِمَا يُرْضِى رَسُولَ اللَّهِ ». اخرجه احمد وابوداود


Artinya: Ketika Rasulullah SAW hendak mengutus Mu’adz ke Yaman beliau bertanya: “bagaimana engkau akan memutuskan bila suatu ketika diajukan kepadamu sebuah persoalan?” Mu’adz menjawab: “Aku akan memutuskan dengan Kitabullah”. Rasul bertanya lagi: “Bila tidak engkau dapatkan dalam Kitabullah ?”. Mu’adz menjawab: “Aku akan memutuskan berdasarkan Sunnah Rasulullah”. Rasul bertanya lagi: “Jika tidak engkau dapatkan dalam Sunnah Rasulullah dan Kitabullah ?”. Mu’adz menjawab: “Aku akan berijtihad (mengerahkan) kemampuan akalku dan aku tidak akan ragu-ragu”. Rasululah SAW kemudian menepuk dada Mu’adz seraya bersabda: “Segala puji bagi Allah yang telah memmberikan taufiq kepada utusan Rasul-Nya kepada sesuatu yang membuat puas Rasulullah” (HR Ahmad dan Abu Dawud).


Mengikuti Mayoritas Ummat Islam.


أنس بن مالك يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول إِنَّ أُمَّتِيْ لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ . فَإِذَا رَأَيْتُمُ اخْتِلَافًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ. رواه ابن ماجة


Artinya: “Sesungguhnya ummatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan. Oleh karena itu apabila kamu menyaksikan perselisihan, hendaklah kamu mengikuti kelompok yang teranyak mayoritas” (HR Ibnu Majah).


Rasanya kami tidak perlu memberikan interpretasi lebih jauh terhadap Hadis-Hadis di atas, silahkan kita dapat memahaminya sendiri. Telah terbukti Hadis “Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya” menelan banyak korban. Berapa juta manusia telah ditetapkan sebagai sesat dan ahli bid’ah oleh para pengedar Hadis ini. Bukan Hadisnya yang salah melainkan para pedagangnya yang miskin bahan. Seandainya saja mereka mau membuka kembali kitab-kitab Hadis – dan bukan hanya mengutip dari kitab kelompoknya – niscaya akan lapang dadalah mereka dan akan tentramlah ummat dibuatnya. Tetapi masalahnya memang terkadang kita ini miskin tetapi ingin berbelanja di Super Market. Besar pasak daripada tiang. Kasihan!.


Hasbunallah.

H. Syarif Rahmat RA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar